Sabtu, 06 Juli 2013

Hakikat Manusia (Whitehead)



Hakikat Manusia
dari Buku “Jatidiri Manusia : Berdasarkan Filsafat Organisme Whitehead”
Karya DR. P. Hardono Hadi
oleh  Masruri Yusuf *

Kita sering melihat orang-orang disekitar kita, keluarga, teman dan masyarakat lainnya. Kita saling mengenal mereka dan mereka juga mengenal kita dengan baik. terasa indah bisa hidup bersama dengan orang-orang yang kita cintai. Jika kita mau berpikir dan  merenungkan kembali, dengan bercermin dan bertanya kepada diri kita sendiri, siapakah kita ini ? Siapakah jati diri kita ini ? Siapakah jati diri manusia itu ? . Sejenak kita terdiam dan berpikir mengenai pertanyaan-pertanyaan seperti itu yang melintas didalam benak kita. berbagai jawaban pun akan berrmunculan, mengenai jati diri kita yang telah kita pikirkan, tetapi apakah jawaban tersebut sudah mewakili ke-diri-an kita ini ? Manusia memang penuh dengan tanda tanya, yang mana tanda tanya itu mereka ciptakan sendiri dengan keinginan berpikir secara mendalam mengenai diri manusia itu sendiri. Manusia yang menanyakan mengenai kemanusiaannya dan kediriannya. Melalui bukunya “Jatidiri Manusia”, Hardono Hadi mencoba menyampaikan pemikiran filsafat organisme Whitehead yang membicarakan mengenai jatidiri manusia. Berikut ini adalah sedikit artikel yang menjelaskan mengenai filsafat manusia dari sudut pandang filsafat organisme Whitehead.
Para filsuf ternama terdahulu juga mempunyai beberapa pandangan didalam membicarakan mengenai manusia. Dengan pemikirannya Plato memandang manusia atau pribadi itu sebagai jiwa itu sendiri, karena jiwa sudah ada sebelum turun ke bumi dan bersatu dengan tubuh. Sedangkan tubuh hanya sebagai sarana bagi jiwa itu untuk berbuat. David Hume dan Immanuel Kant sama-sama menghubungkan jatidiri manusia dengan waktu, yaitu mengaitkan kesamaan dalam segala macam aspek jiwa seseorang dari waktu ke waktu. Dan Kant lebih menekankan kepada kesadaran diri dan identitas numerik seseorang. Cara pandang seseorang sendiri pasti memiliki perbedaan, begitu pula dengan para filsuf diatas tadi. Kepribadian atau  jatidiri manusia sampai sekarang pun masih belum bisa dibuktikan secara ilmiah.

Manusia adalah manusia itu sendiri, yang merupakan satu kesatuan yang dilihat secara utuh. Untuk mempelajarinya kita perlu untuk menguraikannya kedalam beberapa sapek. Whitehead membagi tiga aspek itu kedalam tiga hal, yaitu kepribadian, identitas dan keunikan manusia. Yang menjadi pertanyaan didalam kepribadian disini adalah mengenai kesatuan antara jiwa dan tubuh. Dengan berbagai teorinya, mulai dari teori materialisme ekstrem, teorii identitas dan teori double-aspect, monisme beranggapan bahwa tubuh dan jiwa merupakan satu kesatuan yang mempunyai kesamaan unsur. Hanya saja berbeda didalam susunannya. Kebalikannya, dualisme memandang jiwa dan tubuh adalah hal yang berbeda, bukan satu kesatuan, meskipun didalam satu “wadah”. Seperti gelas dan air yang ada didalamnya keduanya memilliki unsur yang berbeda, hanya saja ditempatkan menjadi satu didalam gelas. Demikian pula dengan kemampuan mental dan fisik seseorang. Terkadang fisik mempengaruhi mental, begitu pula terkadang mental dapat mempengaruhi fisik. Whitehead membicarakan mengenai hal ini lebih lanjut, yaitu dalam istilahnya; kutub mental dan kutub fisik. Kutub fisik bagaikan alat indera kita, yaitu alat yang kita gunakan untuk memperoleh informasi dari luar tubh kita atau dari lingkungan sekitar kita. sedangkan kutub mental disini merupakan kemampuan didalam menginterpretasikan segala macam informasi yang telah diterima kutub fisik. Kutub fisik yang terdiri dari badan manusia menyalurkan segala informasi yang ia terima. Kemudian diolah dan dikembangkan oleh mental, yang mana mental disini merupakan kegiatan atau pelaksana dari jiwa.
Badan tanpa jiwa tidak akan berarti, karena badan itu hanya akan diam saja tanpa ada yang menggerakannya. Sedangkan jiwa tanpa badan, juga hampa. Karna jiwa berkehendak tanpa adanya “alat” yang ia gunakan untuk berkehendak. oleh karena itu, masing-masing dari hal tersebut tidak akan sempurna tanpa masing-masing lainnya. Satu dengan yang lainnya saling melengkapi dan membutuhkan. Kebutuhan mentalis dan kebutuhan fisik harus saling berkesinambungan. Menghasilkan sesuatu yang yangn baru yang belum pernah ia rasakan atau perbuat  sebelumnya. Dari hubungan tersebut akan terciptakan sebuah pengalaman didalam pribadi seseorang. Pengalaman yang muncul akibat adanya hubungan tadi. Badan dan jiwa yang terdapat didalam diri manusia bagaikan “masyarakat” yang memiliki beberapa aspek. Dan aspek-aspek ini yang menjadikan manusia semakin dinamis dan unik, berbeda antara manusia satu dengan manusia yang lainnya.

Pembahasan selanjutnya mengenai identitas diri manusia. Segala hal yang ada di dunia ini tidak ada yang sama persis. Tubuh dan jiwa masing-masing manusia tidak ada yang sama persis, lebih-lebih mengenai pengalaman masing-masing. Sidik jari manusia merupakan sesuatu hal yang sangat unik, karena tiidak ada satu pun di dunia ini yang mempunyai sidik jari sama dengan orang lain. Hal itu merupakan anugerah penciptaan, yang mencerminkan bahwasanya manusia diciptakan dengan berbeda-beda, tidak ada yang sama persis. Pelangi itu indah karena merupakan kumpulan dari beberapa warna, demikian pula manusia.
Whitehead mencoba menjelaskan kembali mengenai identitas manusia dari segi perkembangan manusia dari zaman ke zaman. Kemarin adalah sejarah, besok adalah misteri, sekarang adalah anugerah. Begitulah, kata-kata yang pernah saya baca, yang mengingatkan saya mengenai berharganya waktu-waktu yang kita lalui selama ini. Satu detik yang telah kita lewatkan sekarang ini telah menjadi sejarah kecil didalam kehidupan kita ini. Manusia berada di dunia ini menempati waktu dan ruang. Waktu lampau, sekarang dan masa depan merupakan waktu bagi manusia untuk hidup. Permasalahan didalam menentukan identitas diri manusia adalah  pada waktu itu sendiri, waktu yang dilalui manusia sekang ini adalah waktu sekarang. Dan ketika manusia itu menentukan mengenai identitas dirinya pada waktu itu juga, masih belum tentu ketika waktu yanng akan datang, entah itu satu detik, satu jam, satu hari atau satu tahun kemudian masih akan tetap seperti yang telah ia tentukan dan rumuskan itu. Sikap mental dan fisik akan selalu berkembang dari waktu ke waktu. Hal inilah yang mengakibatkan ketidak pastiaan didalam menentukan dan merumuskan mengenai identitas diri manusia. Bukan berarti identitas manusia itu merupakan apa yang telah ia lalui pada masa lampaunya. Karena kepastian dari masa lampau pun masih belum tentu dengan semakin berkembangnya kemampuan fisik dan mental manusia itu tadi. Hubungan masa lalu dengan sekarang dan masa depan, tidak selamanya mempunyai hubungan kausal seperti yang dijelakan oleh David Hume. Karena hubungan kausal hanya menjelaskan mengenai hubungan kedekatan di dalam ruang, atau urutan berdasarkan waktu, atau hubungan tetap antara objek-objek yang serupa didalam pengalaman di masa lampau. Whitehead menekankan kembali didalam proses pencarian identitas diri didalam proses itu sendiri. Artinya, dari kurun waktu ke waktu, mulai dahulu, sekaranga dan yang akan datang, kepribadian manusia yang tersu berkembang itu lah merupakan usaha pencarian identitas diri manusia. Dan hal ini tidak berhenti sampai pada waktu tertentu saja, akan tetapi terus hingga manusia itu meninggal, karena meninggal merupakan ujunga dari kehidupan manusia dan dari ujung itulah manusia itu bisa menyimpulkan mengenai identitas dirinya selama ia hidup dulu.
Setelah membahas mengenai perjalan pencarian jatidiri atau identitas diri manusia dari masa ke masa, kini Whitehead mengkaji mengenai segi keunikan manusia. Dengan berbagai macam perkembangannya mulai dari perkembangan mental dan fisik, manusia mengalami dinamika kehidupannya. Perkembangan mental berupa emosi selalu menghiasi setiap tingkah laku manusia. Perasaan terhadap diri sendiri, orang lain dan lingkungan tempat ia tinggal. Manusia disamping menjadi makhluk individu yang memndang akan ke-diri-an mereka, mereka juga merupakan makhluk sosial yang membutuhkan kehadiran orang lain didalam hidupnya. Mengenai individualisme manusia dan hubungannya dengan masyarakat, Thomas Hobbes (1588-1679) menyatakan bahwasanya masyarakat tidak terbentuk dengan sendirinya, akan tetapi karena faktor individu-individu yang berkumpul didalamnya. Maka segala macam sifat dan perilaku yang di masyarakat dapat ditelusuri dan dijelaskan oleh sifat dan tindakan individu-individu yang terdapat di masyarakat tersebut. Begitu pula dengan John S. Mill (1805-1873), pendukung individualisme dan kebebasan individu menjelaskan mengenai ke-indiviuan manusia itu sendiri. Bahwasanya manusia mempunyai hak didalam menjalani kehidupannya masing-masing, hak berpendapat dan bertindak menurut kehendaknya sendiri.
Di sisi lain, selain menjadi manusia merupakan makhluk sosial sebagaimana yang telah dijelaskan diatas. Untuk menjalani hidup manusia membutuhkan orang lain, hal ini sangatlah terlihat didalam hubungan keluarga, antara orang tua dan anaknya. Anak atau bayi yang baru lahir, ia tidak akan bisa apa-apa dan tidak akan menjadi apa-apa tanpa ada bantuan dari orang-orang yang ada disekitarnya, dalam hal ini orang terdekatnya adalah orang tua mereka. Secara tidak langsung bayi tersebut merupakan hasil atau cetakan dari masyarakat tempat ia tinggal, karena orang tua yang merawat mereka juga tinggal didalam masyarakat itu. Jadi individu manusia itu sendiri juga ditentukan oleh masyarakat yang menaunginya. Mengenai hal ini, Whitehead menggunakan istilahnya sendiri; superjek, yaitu merupakan anggapan bahwa individu baru yang terlahir merupakan hasil dari semua faktor kehidupan yang menyelimutinya.
Berdasarkan penjelasan diatas tadi, manusia ditempatkan sebagai objek dan dunia sebagai subjek. Akan tetapi disisi lain, manusia-lah yang memberikan makna dan arti, menginterpretasikan dunianya dan lingkungannya sendiri. Dalam kedudukan ini, berbanding terbalik dari penjelasan diatas tadi, bahwasanya manusia sendiri sebagai subjek yang memberi makna terhadap dunianya, yang merupakan objek dari manusia itu sendiri. Manusia merupakan makhluk unik, didalam memahami dan dipahami oleh dunia dan masyarakatnya.
Hubungan timbal balik antara individu dengan masyarakat merupakan hubungan yang tidak bisa dipisahkan karena memiliki ketergantungan seperti yang telah diuraikan diatas. Dua aspek yang saling berhubungan membentuk hubungan simbiosis yang saling menguntungkan satu dengan yang lainnya. Manusia yang membutuhkan dan ada kerena masyarakat atau dunia ini. Dan dunia ini ada dan dikenal karena manusia itu sendiri. Memang sangat unik didalam mempelajari keunikan manusia itu sendiri, karena keunikan itu dirasakan sendiri oleh kita sebagai manusia yang hidup dan mau memahami diri kita ini.
Mempelajari manusia tidak lain adalah mempelajari diri kita sendiri, yang dalam hal ini manusia sebagai satu kesatuan yang utuh dengan segala aspek yang mengelilinginya, baik internal maupun eksternal. Aspek-aspek tersebut saling berhubungan dan mempengaruhi. Oleh karena itu, kita tidak bisa memisahkan satu aspek dengan aspek lainnya didalam usaha mencari jatidiri atau identitas diri manusia. Dan proses pencarian jatidiri itu sendiri merupakan proses vital didalam usaha mencari jatidiri manusai atau diri kita ini. Proses inilah yang berusaha dijelaskan oleh filsafat organisme Whitehead.
Whitehead tidak berdiri sendiri, banyak filsuf terdahulunya; Aristoteles, Rene Descartes, Plato, David Hume dan juga filsafat modern dari abad ke-17 dan abad 18, yang ia pelajari dengan beberapa perbaikan mengenai pemikiran-pemikiran mereka. Jika para filsuf terdahulu memandang dari salah satu sudut pandang, maka Whitehead ingin mencoba memandang melalui segala sudut pandang. Rasionalis dan empiris, fisik dan metafisik, sisi internal dan eksternal manusia, induktif dan deduktif, semua itulah yang menjadikan keuntungan didalam filsafat organisme Whitehead. pengkajian memerlukan kuantitas dan kualitas data-data yang perlu dikaji, dengan mau mamandang berbagai sudut pandang tadi, Whitehead mampu mengumpulkan data dan meng-generalisasikannya kedalam kajiannya. Untuk melakukan hal itu mulai dari data terkecil hingga terbesar harus diperhatikan secara serentak, agar tidak terabaikannya kemungkinan-kemungkinan analisa. Berbagai macam pengetahuan; matematika, sains, ilmu pengetahuan alam, juga menyumbangkan pengetahuannya didalam proses perjalanan analisis filsafat organisme ini. Mata air yang jernis tidak semata-mata muncul dan bersumber dari tanah begitu saja, akan tetapi faktor kualitas tanah, tanaman atau tumbuhan disekitarnya, letak geografis, cuaca, iklim dan faktor-faktor lainnya, merupakan faktor terpenting didalam pembentukan hasil yang maksimal. Dan hal-hal tersebut tidak bisa kita pandang sebelah didalam mempelajarinya. Begitu pula didalam filsafat organisme Whitehead ini yang memiliki berbagai sumber-sumber dan dasar-dasar pemikiran yang lebih luas, terperinci dan secara mendalam.
Kita hidup dan bertempat di dunia ini dengan segala aspek ruang dan waktunya. Perjalanan hidup ini merupakan perjalanan jatidiri kita. Bukan dahulu, sekarang, atau besok jatidiri itu ditemukan. Akan tetapi selama kita hidup, selama nafas masih berhembus dan jantung masih berdetak, selama itulah merupakan jatidiri kita pada saat itu pula. Sejenak kita boleh memikirkan dan merenungi masa lalu kita, semua manussia mempunyai sejarah hidup masing-masing, akan tetapi kita adalah yang berdiri disini sekarang ini dan kita adalah kita saat ini juga. Kita dikaruniai dua mata yang mamandang ke depan, oleh karena itu kita juga harus menatap masa depan kita jauh ke depan dengan angan serta cita yang tinggi dan memandang tidak hanya dengan sebelah mata saja. Siapakah aku ?. Aku adalah aku,  diriku saat ini, karena kemarin dan untuk esok nan misteri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar