Hakikat Manusia
dari Buku “Jatidiri Manusia : Berdasarkan Filsafat
Organisme Whitehead”
Karya DR. P. Hardono Hadi
oleh Masruri Yusuf
*
Kita sering melihat orang-orang disekitar kita, keluarga,
teman dan masyarakat lainnya. Kita saling mengenal mereka dan mereka juga
mengenal kita dengan baik. terasa indah bisa hidup bersama dengan orang-orang
yang kita cintai. Jika kita mau berpikir dan
merenungkan kembali, dengan bercermin dan bertanya kepada diri kita
sendiri, siapakah kita ini ? Siapakah jati diri kita ini ? Siapakah jati diri
manusia itu ? . Sejenak kita terdiam dan berpikir mengenai
pertanyaan-pertanyaan seperti itu yang melintas didalam benak kita. berbagai
jawaban pun akan berrmunculan, mengenai jati diri kita yang telah kita
pikirkan, tetapi apakah jawaban tersebut sudah mewakili ke-diri-an kita ini ? Manusia
memang penuh dengan tanda tanya, yang mana tanda tanya itu mereka ciptakan
sendiri dengan keinginan berpikir secara mendalam mengenai diri manusia itu
sendiri. Manusia yang menanyakan mengenai kemanusiaannya dan kediriannya.
Melalui bukunya “Jatidiri Manusia”, Hardono Hadi mencoba menyampaikan pemikiran
filsafat organisme Whitehead yang membicarakan mengenai jatidiri manusia.
Berikut ini adalah sedikit artikel yang menjelaskan mengenai filsafat manusia
dari sudut pandang filsafat organisme Whitehead.
Para filsuf ternama terdahulu juga mempunyai beberapa
pandangan didalam membicarakan mengenai manusia. Dengan pemikirannya Plato
memandang manusia atau pribadi itu sebagai jiwa itu sendiri, karena jiwa sudah
ada sebelum turun ke bumi dan bersatu dengan tubuh. Sedangkan tubuh hanya
sebagai sarana bagi jiwa itu untuk berbuat. David Hume dan Immanuel Kant
sama-sama menghubungkan jatidiri manusia dengan waktu, yaitu mengaitkan
kesamaan dalam segala macam aspek jiwa seseorang dari waktu ke waktu. Dan Kant
lebih menekankan kepada kesadaran diri dan identitas numerik seseorang. Cara
pandang seseorang sendiri pasti memiliki perbedaan, begitu pula dengan para
filsuf diatas tadi. Kepribadian atau
jatidiri manusia sampai sekarang pun masih belum bisa dibuktikan secara
ilmiah.
Manusia adalah manusia itu sendiri, yang merupakan satu
kesatuan yang dilihat secara utuh. Untuk mempelajarinya kita perlu untuk
menguraikannya kedalam beberapa sapek. Whitehead membagi tiga aspek itu kedalam
tiga hal, yaitu kepribadian, identitas dan keunikan manusia. Yang menjadi
pertanyaan didalam kepribadian disini adalah mengenai kesatuan antara jiwa dan
tubuh. Dengan berbagai teorinya, mulai dari teori materialisme ekstrem, teorii
identitas dan teori double-aspect, monisme beranggapan bahwa tubuh dan jiwa
merupakan satu kesatuan yang mempunyai kesamaan unsur. Hanya saja berbeda
didalam susunannya. Kebalikannya, dualisme memandang jiwa dan tubuh adalah hal
yang berbeda, bukan satu kesatuan, meskipun didalam satu “wadah”. Seperti gelas
dan air yang ada didalamnya keduanya memilliki unsur yang berbeda, hanya saja
ditempatkan menjadi satu didalam gelas. Demikian pula dengan kemampuan mental
dan fisik seseorang. Terkadang fisik mempengaruhi mental, begitu pula terkadang
mental dapat mempengaruhi fisik. Whitehead membicarakan mengenai hal ini lebih
lanjut, yaitu dalam istilahnya; kutub mental dan kutub fisik. Kutub fisik
bagaikan alat indera kita, yaitu alat yang kita gunakan untuk memperoleh
informasi dari luar tubh kita atau dari lingkungan sekitar kita. sedangkan
kutub mental disini merupakan kemampuan didalam menginterpretasikan segala
macam informasi yang telah diterima kutub fisik. Kutub fisik yang terdiri dari
badan manusia menyalurkan segala informasi yang ia terima. Kemudian diolah dan
dikembangkan oleh mental, yang mana mental disini merupakan kegiatan atau
pelaksana dari jiwa.
Badan tanpa jiwa tidak akan berarti, karena badan itu
hanya akan diam saja tanpa ada yang menggerakannya. Sedangkan jiwa tanpa badan,
juga hampa. Karna jiwa berkehendak tanpa adanya “alat” yang ia gunakan untuk
berkehendak. oleh karena itu, masing-masing dari hal tersebut tidak akan
sempurna tanpa masing-masing lainnya. Satu dengan yang lainnya saling
melengkapi dan membutuhkan. Kebutuhan mentalis dan kebutuhan fisik harus saling
berkesinambungan. Menghasilkan sesuatu yang yangn baru yang belum pernah ia
rasakan atau perbuat sebelumnya. Dari hubungan
tersebut akan terciptakan sebuah pengalaman didalam pribadi seseorang.
Pengalaman yang muncul akibat adanya hubungan tadi. Badan dan jiwa yang
terdapat didalam diri manusia bagaikan “masyarakat” yang memiliki beberapa
aspek. Dan aspek-aspek ini yang menjadikan manusia semakin dinamis dan unik,
berbeda antara manusia satu dengan manusia yang lainnya.
Pembahasan selanjutnya mengenai identitas diri manusia.
Segala hal yang ada di dunia ini tidak ada yang sama persis. Tubuh dan jiwa
masing-masing manusia tidak ada yang sama persis, lebih-lebih mengenai
pengalaman masing-masing. Sidik jari manusia merupakan sesuatu hal yang sangat
unik, karena tiidak ada satu pun di dunia ini yang mempunyai sidik jari sama
dengan orang lain. Hal itu merupakan anugerah penciptaan, yang mencerminkan
bahwasanya manusia diciptakan dengan berbeda-beda, tidak ada yang sama persis.
Pelangi itu indah karena merupakan kumpulan dari beberapa warna, demikian pula
manusia.
Whitehead mencoba menjelaskan kembali mengenai identitas
manusia dari segi perkembangan manusia dari zaman ke zaman. Kemarin adalah
sejarah, besok adalah misteri, sekarang adalah anugerah. Begitulah, kata-kata
yang pernah saya baca, yang mengingatkan saya mengenai berharganya waktu-waktu
yang kita lalui selama ini. Satu detik yang telah kita lewatkan sekarang ini
telah menjadi sejarah kecil didalam kehidupan kita ini. Manusia berada di dunia
ini menempati waktu dan ruang. Waktu lampau, sekarang dan masa depan merupakan
waktu bagi manusia untuk hidup. Permasalahan didalam menentukan identitas diri
manusia adalah pada waktu itu sendiri,
waktu yang dilalui manusia sekang ini adalah waktu sekarang. Dan ketika manusia
itu menentukan mengenai identitas dirinya pada waktu itu juga, masih belum
tentu ketika waktu yanng akan datang, entah itu satu detik, satu jam, satu hari
atau satu tahun kemudian masih akan tetap seperti yang telah ia tentukan dan
rumuskan itu. Sikap mental dan fisik akan selalu berkembang dari waktu ke
waktu. Hal inilah yang mengakibatkan ketidak pastiaan didalam menentukan dan
merumuskan mengenai identitas diri manusia. Bukan berarti identitas manusia itu
merupakan apa yang telah ia lalui pada masa lampaunya. Karena kepastian dari
masa lampau pun masih belum tentu dengan semakin berkembangnya kemampuan fisik
dan mental manusia itu tadi. Hubungan masa lalu dengan sekarang dan masa depan,
tidak selamanya mempunyai hubungan kausal seperti yang dijelakan oleh David
Hume. Karena hubungan kausal hanya menjelaskan mengenai hubungan kedekatan di
dalam ruang, atau urutan berdasarkan waktu, atau hubungan tetap antara objek-objek
yang serupa didalam pengalaman di masa lampau. Whitehead menekankan kembali
didalam proses pencarian identitas diri didalam proses itu sendiri. Artinya,
dari kurun waktu ke waktu, mulai dahulu, sekaranga dan yang akan datang,
kepribadian manusia yang tersu berkembang itu lah merupakan usaha pencarian
identitas diri manusia. Dan hal ini tidak berhenti sampai pada waktu tertentu
saja, akan tetapi terus hingga manusia itu meninggal, karena meninggal
merupakan ujunga dari kehidupan manusia dan dari ujung itulah manusia itu bisa
menyimpulkan mengenai identitas dirinya selama ia hidup dulu.
Setelah membahas mengenai perjalan pencarian jatidiri
atau identitas diri manusia dari masa ke masa, kini Whitehead mengkaji mengenai
segi keunikan manusia. Dengan berbagai macam perkembangannya mulai dari
perkembangan mental dan fisik, manusia mengalami dinamika kehidupannya.
Perkembangan mental berupa emosi selalu menghiasi setiap tingkah laku manusia.
Perasaan terhadap diri sendiri, orang lain dan lingkungan tempat ia tinggal. Manusia
disamping menjadi makhluk individu yang memndang akan ke-diri-an mereka, mereka
juga merupakan makhluk sosial yang membutuhkan kehadiran orang lain didalam
hidupnya. Mengenai individualisme manusia dan hubungannya dengan masyarakat,
Thomas Hobbes (1588-1679) menyatakan bahwasanya masyarakat tidak terbentuk
dengan sendirinya, akan tetapi karena faktor individu-individu yang berkumpul
didalamnya. Maka segala macam sifat dan perilaku yang di masyarakat dapat
ditelusuri dan dijelaskan oleh sifat dan tindakan individu-individu yang
terdapat di masyarakat tersebut. Begitu pula dengan John S. Mill (1805-1873),
pendukung individualisme dan kebebasan individu menjelaskan mengenai
ke-indiviuan manusia itu sendiri. Bahwasanya manusia mempunyai hak didalam
menjalani kehidupannya masing-masing, hak berpendapat dan bertindak menurut
kehendaknya sendiri.
Di sisi lain, selain menjadi manusia merupakan makhluk
sosial sebagaimana yang telah dijelaskan diatas. Untuk menjalani hidup manusia
membutuhkan orang lain, hal ini sangatlah terlihat didalam hubungan keluarga,
antara orang tua dan anaknya. Anak atau bayi yang baru lahir, ia tidak akan
bisa apa-apa dan tidak akan menjadi apa-apa tanpa ada bantuan dari orang-orang
yang ada disekitarnya, dalam hal ini orang terdekatnya adalah orang tua mereka.
Secara tidak langsung bayi tersebut merupakan hasil atau cetakan dari
masyarakat tempat ia tinggal, karena orang tua yang merawat mereka juga tinggal
didalam masyarakat itu. Jadi individu manusia itu sendiri juga ditentukan oleh
masyarakat yang menaunginya. Mengenai hal ini, Whitehead menggunakan istilahnya
sendiri; superjek, yaitu merupakan anggapan bahwa individu baru yang terlahir
merupakan hasil dari semua faktor kehidupan yang menyelimutinya.
Berdasarkan penjelasan diatas tadi, manusia ditempatkan
sebagai objek dan dunia sebagai subjek. Akan tetapi disisi lain, manusia-lah
yang memberikan makna dan arti, menginterpretasikan dunianya dan lingkungannya
sendiri. Dalam kedudukan ini, berbanding terbalik dari penjelasan diatas tadi, bahwasanya
manusia sendiri sebagai subjek yang memberi makna terhadap dunianya, yang
merupakan objek dari manusia itu sendiri. Manusia merupakan makhluk unik,
didalam memahami dan dipahami oleh dunia dan masyarakatnya.
Hubungan timbal balik antara individu dengan masyarakat
merupakan hubungan yang tidak bisa dipisahkan karena memiliki ketergantungan
seperti yang telah diuraikan diatas. Dua aspek yang saling berhubungan
membentuk hubungan simbiosis yang saling menguntungkan satu dengan yang
lainnya. Manusia yang membutuhkan dan ada kerena masyarakat atau dunia ini. Dan
dunia ini ada dan dikenal karena manusia itu sendiri. Memang sangat unik
didalam mempelajari keunikan manusia itu sendiri, karena keunikan itu dirasakan
sendiri oleh kita sebagai manusia yang hidup dan mau memahami diri kita ini.
Mempelajari manusia tidak lain adalah mempelajari diri
kita sendiri, yang dalam hal ini manusia sebagai satu kesatuan yang utuh dengan
segala aspek yang mengelilinginya, baik internal maupun eksternal. Aspek-aspek
tersebut saling berhubungan dan mempengaruhi. Oleh karena itu, kita tidak bisa
memisahkan satu aspek dengan aspek lainnya didalam usaha mencari jatidiri atau
identitas diri manusia. Dan proses pencarian jatidiri itu sendiri merupakan
proses vital didalam usaha mencari jatidiri manusai atau diri kita ini. Proses
inilah yang berusaha dijelaskan oleh filsafat organisme Whitehead.
Whitehead tidak berdiri sendiri, banyak filsuf
terdahulunya; Aristoteles, Rene Descartes, Plato, David Hume dan juga filsafat
modern dari abad ke-17 dan abad 18, yang ia pelajari dengan beberapa perbaikan
mengenai pemikiran-pemikiran mereka. Jika para filsuf terdahulu memandang dari
salah satu sudut pandang, maka Whitehead ingin mencoba memandang melalui segala
sudut pandang. Rasionalis dan empiris, fisik dan metafisik, sisi internal dan
eksternal manusia, induktif dan deduktif, semua itulah yang menjadikan
keuntungan didalam filsafat organisme Whitehead. pengkajian memerlukan
kuantitas dan kualitas data-data yang perlu dikaji, dengan mau mamandang
berbagai sudut pandang tadi, Whitehead mampu mengumpulkan data dan
meng-generalisasikannya kedalam kajiannya. Untuk melakukan hal itu mulai dari
data terkecil hingga terbesar harus diperhatikan secara serentak, agar tidak
terabaikannya kemungkinan-kemungkinan analisa. Berbagai macam pengetahuan;
matematika, sains, ilmu pengetahuan alam, juga menyumbangkan pengetahuannya
didalam proses perjalanan analisis filsafat organisme ini. Mata air yang jernis
tidak semata-mata muncul dan bersumber dari tanah begitu saja, akan tetapi
faktor kualitas tanah, tanaman atau tumbuhan disekitarnya, letak geografis,
cuaca, iklim dan faktor-faktor lainnya, merupakan faktor terpenting didalam
pembentukan hasil yang maksimal. Dan hal-hal tersebut tidak bisa kita pandang
sebelah didalam mempelajarinya. Begitu pula didalam filsafat organisme
Whitehead ini yang memiliki berbagai sumber-sumber dan dasar-dasar pemikiran
yang lebih luas, terperinci dan secara mendalam.
Kita hidup dan bertempat di dunia ini dengan segala aspek
ruang dan waktunya. Perjalanan hidup ini merupakan perjalanan jatidiri kita.
Bukan dahulu, sekarang, atau besok jatidiri itu ditemukan. Akan tetapi selama
kita hidup, selama nafas masih berhembus dan jantung masih berdetak, selama itulah
merupakan jatidiri kita pada saat itu pula. Sejenak kita boleh memikirkan dan
merenungi masa lalu kita, semua manussia mempunyai sejarah hidup masing-masing,
akan tetapi kita adalah yang berdiri disini sekarang ini dan kita adalah kita
saat ini juga. Kita dikaruniai dua mata yang mamandang ke depan, oleh karena
itu kita juga harus menatap masa depan kita jauh ke depan dengan angan serta
cita yang tinggi dan memandang tidak hanya dengan sebelah mata saja. Siapakah
aku ?. Aku adalah aku, diriku saat ini,
karena kemarin dan untuk esok nan misteri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar