Semua
yang ada di dunia ini tidak ada yang abadi. Segalanya pasti mempunyai waktunya
dan mempunyai keterbatasan masing-masing. Tumbuhan yang tidak terjamah air itu
pun akan layu. Hewan yang tertindas alam juga akan punah. Demiikian juga
manusia, dengan segala kelebihannya manusia mampu mempertahankan hidupnya dari
peliknya dunia ini. Manusia juga mempunyai keterbatasannya masing-masing. Tubuh
manusia juga merupakan hal yang rapuh atau lunak. Tulang mereka juga tidak
sekeras gading gajah. Oleh karena itu, untuk melindungi tubuh mereka, manusia
memerlukan suatu “alarm” khusus yang berfungsi ketika tubuh mereka dalam
bahaya. “Alarm” itulah rasa sakit yang dirasakannya.
Rasa
yang selalu di benci dan tidak pernah diharapkan kedatangannya. Seakan-akan
hanya sebagai bencana yang bisa melemahkan manusia, membuat mereka terdiam
dengan merasakan penderitaan itu. Rasa sakit yang kita rasakan. Rasa sakit yang
kita derita. Rasa itu bukanlah diciptakan dengan sia-sia oleh Sang Maha
Pencipta untuk hamba-hambanya. Segala sesuatu yang Ia ciptakan selalu mempunyai
hikmah. Demikian dengan rasa sakit itu. Oleh karena itu, rasa sakit bukan untuk
dibenci atau dicaci maki, karena sama saja kita membenci yang menciptakannya.
Semua itu adalah pemberian dari-Nya. Untuk melengkapi makhluk ciptaan-Nya yang
lengkap ini.
Rasa
sakit adalah sebuah tanda bagi kita untuk melindungi tubuh kita yang lemah ini.
Tanda agar kita lebih menjaga tubuh yang dititipkan-Nya. Semua yang kita punya
ini adalah titipan dari Sang Maha Pencipta. Dan diberikannya rasa sakit itu
adalah untuk membantu kita menjaga titipan itu. Supaya kita tidak menggunakan
tubuh ini dengan sembarangan dan melebihi batas. Manusia memiliki keterbatasan
inderawi. Jika kaki kita sakit maka kita harus mengobati dan melindunginya.
Tubuh ini juga harus saling melindungi karena semuanya diciptakan untuk saling
melengkapi.
Terkadang
Rasa sakit tubuh ini saja, sudah tak terbayangkan bagaimana perihnya. Padahal
ada “rasa sakit” lagi yang lebih dari itu. Rasa sakit yang diderita lubuk hati
ini. Rasa sakit dari hati yang tak disinari rahmat Ilahi. Itu lebih menyakitkan
lagi, penyakit yang tidak tampak kasat mata itu sedikit demi sedikit
menggerogoti iman, melemahkan hati dan pandangan mata bathin. Rasa sakit yang berupa dengki, hasud dan sombong
yang bisa membutakan orang yang dihinggapinya. Buta akan jalan terang benderang
menuju sisi-Nya, buta akan kebaikan dan keburukan dan buta terhaap kehidupan
akhirat kelak. Rasa sakit yang tidak tampak itu adalah rasa yang paling tidak
diinginkan. Orang yang memiliki “sakit” pada hatinya, akan memandang orang lain
dari sisi negatifnya saja. Mereka melihat dunia ini hanya dari sudut pandang
mereka. Dan mereka tidak memandang jauh kehidupan akhirat kekal dimasa
mendatang. Dia juga lupa akan dirinya sendiri. Padahal hal itu merupakan bahaya
bathin yang harus dihindari.
Allah
swt juga berfirman didalam Al Quran Al Kariim :
وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْآَنِ مَا هُوَ
شِفَاءٌ وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ
Artinya : “Dan Kami
Turunkan dari al-Quran (sesuatu) yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang
yang beriman”
Allah swt mendatangkan didalam Al Quran yang
menjadikannya sebagai penawar dari segala macam penyakit. Jika Allah menjadikan
sebuah penawar, maka pasti akan ada sesuatu yang perlu di-tawar atau
disembuhkan. Baik itu penyakit dhohir maupun penyakit bathin dari manusia ini.
Semua itu telah dipersiapkan oleh Allah swt untuk makhluk ciptaan-Nya. Akan
tetapi hanya mereka yang bertafakkur dan mentadabburi ayat-ayat-Nya, yang akan
mendapatkan “penawar” itu.
Sadarilah
rasa sakit itu, dan segera kita mengobatinya. Dan sebaik-baik obat bathin
adalah dengan selalu mengingat-Nya. Petang malam, gelap terang, Dia akan selalu
mendengar doa hambanya-Nya. Jangan biarkan penyakit hati itu menghancurkan kita
dengan perlahan. Karena hal itu merpakan tanda bahwasanya kita jauh dari
Rahmat-Nya. Segera kita kembali dan beristighfar.
Ya Allah ... sembuhkanlah kami dari segala penyakit dhohir dan bathin.
Amiin.