Rabu, 16 Maret 2016

Rindu II

Jika kau lebur rindu dalam raga
Tak ada ragaku berdaya

Sungguh sebuah mentari semesta
Tak kan terikat dalam gelas kaca

Betapa rona rindu ingin bersembunyi

Rindu I

Seperti puisi rindu

Terbalut halus dalam pilu

Memeluk raga kelabu

Dalam malam bisu


aku katakan aku rindu kata ...





Senin, 17 November 2014

Merenung



Kembali  lagi ingin menulis beberapa hal mengenai kehidupan ini.  walau hanya sekedar berbagi dan bercerita, tapi apa salahnya jika kita bisa kembali lagi mengenal diri kita sendiri. hidup ini memang bukan sekedar tertulis di atas kertas. Akan tetapi kehidupan merupakan proses “kita” yang harus dijalani. Betul ?? entah berapa sulit hal tersebut untuk dijalani kita harus bisa melaluinya. Karena semua itu adalah anugerah. Apa yang kita lakukan sekarang entah itu baik atau buruk, akan berdampak pada apa yang ada di masa mendatang. Keputusan kecil yang kita pilih juga mempunyai pengaruh yang besar bagi kehidupan di masa mendatang. Banyak orang yang mengatakan bahwasanya hidup adalah pilihan. Yaitu kita hidup dengan memilih “jalan”mana yang akan kita lalui kelak. Dan kita akan berpegang teguh dengan jalan kita tersebut. Hidup sendiri bagaikan perjalan menyusuri sungai kehidupan dari mata air yang ada di pegunungan. Kita menyusurinya dengan segala keadaan kita dan kehidupan itu sendiri. Terkadang kita harus tersandung oleh batu kecil, terkadang kita juga tersandung oleh batu besar yang menghalangi jalan kita. akan tetapi kita pasti bisa melaluinya dan pada akhirnya kita sampai dan bertemu dengan samudera yang luas. Kehidupan setelah kehidupan dunia. Pilihan-pilihan yang ada didepan mata kita serta keputusan yang kita buat darinya, akan selalu mewarnai masa depan kita. ketika kita memilih untuk berbelok, maka kita akan menjumpai jalan lain didepan sana. Segala keputusan adalah milik kita. bisa dikatakan,  hidup adalah memilih, apapun itu pilihannya yang jelas kita harus tetap menatap masa depan dengan berlapang dada. Dan hidup ini adalah “pilihan” dari Tuhan sebagai anugerah yang terpendam maknanya hanya bagi mereka yang mau memikirkannya.
Bimbang dan ragu selalu menyertai hati setiap orang ketika ingin memilih sesuatu. Hal ini merupakan sesuatu yangwajar dirasakan setiap orang. Karena setiap orang pastinya mencemaskan hal yang masih belum tampak dihadapan mereka yaitu masa yang akan datang. Akan sangat mudah jika kita memilih dan hasil dari pilihan kita itu bisa tampak langsung dihadapan kita. lain halnya jika hasilnya harus kita tunggu dengan memakan waktu yang lama. Rasa dilema dan cemas akan menghantui hati. Dari sini lah kita harus bisa lebih bijaksana lagi dan bisa memprediksikan segalanya dengan lebih matang lagi. Kebanyakan mereka yang sudah berumur lebih atau orang tua kita, mereka mampu untuk mengambil keputusan dengan lebih baik dari kita yang masih berumur belasan. Pengalaman-pengalaman yang banyak merupakan bentuk pahit dari kehidupan yang nantinya, buahnya bisa diajarkan kepada generasi penerus.
Apa yang ada pada saat ini, entah itu dianggap baik maupun buruk, hal tersebut merupakan buah hasil dari masa lalu. Keputusan yang ada pada masa lalu akan sampai pada kita. dan pesan yang ada pada masa lalu akan tersampaikan kepada masa depan. Sekali lagi hidup ini adalah proses “kita” sendiri, oleh karena itu kita jalani semua ini dan kita perbaiki dengan baik pula agar “pesan” kita sampai kepada generasi penerus kita kelak.

Jumat, 17 Januari 2014

Puisi Cinta



Namun sendiri yang mencintai
Sendiri didalam cinta yang sunyi
Nada cinta terbang bersama  nyanyi
Ku tembangkan ku cintakan kembali

Sampai dimana cinta kan mengembara
Bertapakkan kenangan sepanjang hidup masa
Mengenang cinta didalam  dada
Cinta ku di alam cinta yang fana

Jika hamba harus mencintai hamba-Mu
Tak ada jiwa dan ragaku lagi untuk-Mu
Sebab Sang Pencinta menepuk cemburu
Berpaling pergi dari hinanya diriku

Karena cinta, hamba mendekat
Karena cinta pula hamba melepas erat
Hiruk pikuk kefanaan dunia yang memikat
Menjadikan belenggu cinta yang berkarat

Ku lepaskan semua hal itu
Tuk menatap tuk melangkah pergi jauh
Walau dengan jiwa yang terkoyak ragu
Bimbang diatas jembatan pilihan yang rapuh

Didalam serbuan tombak badai kehidupan
Ku tak kan berpaling dari depan
Walau sejarah tak bisa dikembalikan tangan
Hanya akan terkenang didalam cinta tersimpan

Raga ku terbang menyusuri tanah bumi
Dengan segala angan dan citatinggi
Tanpa ragu akan hari yang berganti
Cinta ku kan dicintakan Pecinta Sejati

Rabu, 01 Januari 2014

Doaku untuk Sahabat


Ketika didalam suasana kebersamaan, bahagia itu datang. Menghilangkan segala sepi yang menikam hati dengan perih. Tawa bersama bercanda melenyapkan gelisah dan ragu. Melewati segala hal dengan senyuman manis nan tulus. Waktu yang terus berjalan mengiringi setiap langkah, kita melangkah maju menatap ujung masa depan. Tanpa gelisah tanpa bimbang kita berjuang, bersama semua telah dilalui. Tanpamu aku hanya tangkai, tanpa dia aku hanya daun, tanpa mereka  aku hanyalah tanah tandus. Tetapi dengan kita bersama, kita bagai pohon kehidupan yang terus tumbuh tak terkalahkan oleh terpaan angin dan tak tergoyahkan oleh air berombak. Semua itu hanyalah karena kalian wahai sahabat.
Jalan kita semua masih terbentang panjang dan berliku. Butuh lebih dari sekedar kata “berjuang”. Bukan hanya sekedar bersantai menanti emas keluar dari gunung. Bukan pula menunggu kerang mengeluarkan mutiara-nya. Akan tetapi kita ini-lah “emas” dan “mutiara” itu. Kita kan bersinar menerangi setiap jejak langkah kita. Cita-cita dan angan-angan yang terpendam kan selalu menopang semangat kita tuk menjadi lebih baik. Bukan hanya sekedar berucap saja, tapi keinginan yang tinggi ini selalu mengobarkan semangat untuk menjadi lebih baik dan menjadi yang terbaik apapun yang terjadi. Karena dengan kalian-lah aku mampu berdiri tegak menghadapi setiap rintangan.
Sendiri itu menyakitkan. Sendiri itu kegelapan di dalam hati. Sendiri itu seperti menangis tanpa air mata. Perasaan menyakitkan yang menggerogoti jiwa dengan perlahan. Melumpuhkan angan ini dan memendam cita. Dan bersama sahabat itu bagai bintang yang berpijar menerangi gelap malam. Saling memiijarkan sinarnya tuk menerangi kelamnya suasana malam. Memberi harapan dan semangat bagi yang memandangnya. Menghiasi warna-warni kehidupan ini. Masih ada gunung kesulitan yang belum terdaki dan samudera tak berujung yang masih belum kita arungi.
Dan cahaya kita akan selalu bersinar dengan segala angan dan harapan kita. Tak peduli dimanapun kalian berada, doaku kan selalu menghiasi cita-cita kita. Tuk menjadi yang terbaik dan terbaik dari yang terbaik. Setiap waktu yang terganti, akan mengganti setiap detik umur kita. Mengurangi waktu kita bersama dan waktu kita hidup di dunia ini. akan tetapi, semangat kita tak kan pernah pudar. Hanya dengan berkata dan bermakna inilah aku menyampaikan “kata” itu.
“Biarlah waktu itu terus berjalan, dan langkah kita akan menjadi sejarah abadi. Semoga kita bisa meraih harapan didalam waktu esok kita dengan lebih baik”

Minggu, 01 Desember 2013

Surat untuk Ayah



Maaf jika anakmu ini tidak pandai memuji.
Maaf jika rasa kesal dan jengkel yang bisa kuberi.
Maaf jika perbuatan ini selalu tak sesuai dengan maksud hati ayah yang tinggi.
Maaf jika kebanggaan itu sangat berat untuk dibanggakan lagi.
Maaf jika selalu memaksa ayah untuk memarahi diri berdosa ini.
Maaf jika tidak ada hal baik yang bisa ku cari.
Maaf, karena hanya sebatas ini lah langkah hidup ku berlari.

Hanya sesal yang bisa dirasa, mengingat perilaku tak mengenal dosa diri. tak menghiraukan dan tak memperdulikan akan bayangan pelita sejati. Hanya bisa terdiam disini, merasakan dera tangis deras mengalir bak hilir sungai. Setiap nafas kehidupan yang berhembus ini, adalah rangkaian sempurna dari pendidik hakiki. Sosok pencerah jiwa, yang menemani awal detak jantung menghadapi dunia sepi. Tiada seorang pun yang berdiri disampingku selain ayah, yang melindungi dan memberi rasa percaya diri.  Diri yang rapuh tak berdaya ini terjaga olehnya dan terlindungi. Walau terkadang kita hanya bisa melihat kedepan saja, tapi ayah melihat ke segala sisi. Tak ingin perihnya dunia menerpa jiwa sepi. Kasih sayangnya melekat bagai bayangan; yang selalu ada dan dekat, walau tak dihirau dan tak dirasai. Tapi doa nya untuk kita tak kenal henti. Tak terucap tak bernada, hanya dilantunkan di lubuk hati. Harapannya tinggi, hanya untuk sang buah hati. Sebuah kebanggan hidup yang tak pernah terungkap dengan lisan insani. Semua yang dipunya hanya semata untuk putra puteri yang dimiliki. Sosok ayah yang tak terganti dan tak bisa diganti. Sosok samar bayangannya yang mencerahi dan merajut jalan hidupku yang tak bertali.
Jika sebongkah puing-puing kata ini tersampaikan, maka harapku dan mohon maafku untuk Ayah. Atas dosa dan jejak perih di kenangan Ayah. Akan segala macam tingkah laku tak membahagiakan Ayah. Untaian tangisku tak kan mampu menahan rasa sesal dan kesal diri karena selalu membelakangi jiwa Ayah. walau jauh, yang ku inginkan hanya perjumpaan dengan Ayah. kembali merasakan, mendengar, dan melihat diri Ayah. ku ingat dan ku renungkan yang terlalaikan dari nasehat Ayah. semua hal yang ku punya tiada lain hanya dari petunjuk Ayah. walau tak langsung dan tak selalu langsung, nasehat itu diucap Ayah. tapi perilaku luhur itulah yang tampak dari Ayah.  dengarkanlah rintihan perih seorang anak kecil mu ini, Ayah.
Walau jiwa dan ragaku tak sempurna, doa ku kan selalu aku sempurnakan untuk Ayah. karena Dzat Yang Maha Sempurna pasti akan selalu mendengar hambanya memohon. Walau masa telah berlalu, kan selalu ku jalani jauh kedepan sebagai kebanggaan Ayah. Walau lidah tak bisa terucap, didalam jiwa ini akan selalu terlapisi jiwa Ayah. Walau waktu pergi meninggalkan belakang, tapi akan selalu aku bawa kenangan bersama Ayah.   Walau dunia terbentang luas memisahkan jarak, tak kan pernah bisa melepaskan dari ku kehangatan semangat hidup Ayah. Walau terpaan ombak pedih kehidupan ini menerpa, hanya satu hal yang ingin ku sampaikan untuk Ayah.
Bagaimanapun berlikunya kehidupan ini berjalan, Ayah adalah kebanggaan diri yang tak terganti dan aku akan berdiri diatas segalanya sebagai kebanggaan Ayah.

Minggu, 17 November 2013

Kita Belajar

Alangkah lucunya jika kita melihat anak kecil, adek kecil kita atau bahkan putra putri kita sendiri. Makna hadir mereka membawa senyum untuk dunia. Dengan segala daya dan upaya mereka belajar tentang dunia ini. Dunia yang mereka tempati dan sebagai pintu ke alam abadi. Mereka belajar berkata, sepatah dua patah tanpa putus asa. Belajar berjalan menapaki jejak kaki di tanah bumi ini. Dan berusaha mengungkapkan maksud diri berbicara. Dengan melihat mereka, mungkin diantar kita akan berpikir, bahwa kita dulu juga seperti itu. Usaha maksimal untuk bisa belajar dan belajar untuk tetap hidup di dunia ini. Akan kita sadari, bahwasanya di setiap ayunan nafas kita, kita selalu belajar lebih baik lagi.
Kaki yang rapuh ini pun, akhirnya bisa menegakkan raga. Tangan lemah kita bisa mengukir indah benda disana. Kita belajar dan belajar. Tiada henti kita belajar. Mengurai, merangkai dan mengukir setiap suku kata dalam benak. Hingga kita bisa dikenal dan mengenalkan diri ini.
Karena dengan belajar lah kita mengangkat kedudukan kita diantara para penduduk bumi. Terkadang pula, mereka belajar tanpa disadari, karena hal itu semua adalah jalan proses hidup ini. Kita belajar dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak.mempunyai ilmu, hingga yang mengajarkan ilmu itu. Bukanlah hanya sebatas tuntutan saja kita belajar, akan tetapi sudah menjadi kebutuhan utama manusia untuk berilmu. Karena manusia menjadi mulia dengannya, dan menjadi hina terhinakan tanpanya.
Para pemikir tidak akan pernah merasa puas dan akan selalu haus akan ilmu itu. Semakin kita mengetahui maka akan semakin kita tahu bahwasanya kita ini masih belum cukup tahu. Karena luasnya ilmu ini tiada utara dan barat.
Kita  belajar dan belajar lagi. Disetiap kehidupan ini selalu mengandung pengalaman dan nasehat berharga bagi mereka yang mau merenungkannya. Oleh karena itu, janganlah kita berhenti belajar di titik ini saja. Karena titik selesai hidup kita tiada yang tahu, maka sejauh itu pula lah kita bisa saling berbagi dan belajar belajar bersama dengan makhluk lainnya.