Jumat, 26 Juli 2013

Cobaan Manusia



Allah SWT berfirman :
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ () الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ () أُولَئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ ()
Artinya : Dan Kami pasti akan Menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata “Innā lillāhi wa innā ilaihi rāji‘ū. Mereka itulah yang memperoleh ampunan dan rahmat dari Tuhan-nya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk. (Al Baqarah : 155-157)
Tidak terasa waktu semakin berlalu. Meninggalkan berbagai macam kenangan, pahit dan manisnya selalu terasa. Sekarang kita yang sedang berada disini, duduk manis merenung dan berpikir. Sudah banyak sekali dari masa lalu kita yang sudah kita lewati dan sudah banyak pula berbagai macam rintangan menerjang yang telah terlewati. Dulu rintangan dan cobaan itu terasa berat dan menyiksa, akan tetapi dengan berjalannya waktu dan usaha tak kenal letih kita, cobaan itu terasa ringan. Hingga sekarang ini, seakan-akan kita sudah tidak merasakan beban kita dahulu itu lagi. Padahal, ketika kita dulu ditimpa cobaan, seakan-akan dunia ini membebani kita. begitu terasa beratnya, sampai-sampai diantara kita ada yang menyerah dengan keadaan.
Itu semua merupakan bagian dari cerita masa lalu kita. kita yang berada disini sekarang, merupakan hasil dari tempaan ujian cobaan dari masa lalu. Semakin bertambahnya waktu maka manusia harus semakin bisa bertambah pula nilai-nilai luhur manusia itu sendiri. Jam dan menit akan terus berjalan kedepan dan akan meninggalkan belakang tanpa ampun. Bukan tugas kita untuk menyesali masa lalu, tapi kita harus belajar, belajar dan belajar dari setiap sejarah hidup yang telah kita tuliskan itu. Untuk kita bisa menulis dengan baik kelak, alunan kehidupan kita dengan bisa lebih dewasa, didalam memahami berbagai macam ujian yang diberikan-Nya.
Tanpa lika-liku kehidupan, hidup ini tidak akan terasa mengasyikan. Dengannya kita bisa berdiri dari keterpurukan, bangkit dan semangat untuk menatap masa depan yang penuh misteri ini. Semua cobaan yang kita terima ini merupakan bukti dari tanda kebesaran-Nya. Tanda seseorang hamba yang dicintai oleh Allah SWT adalah hamba itu akan selalu diperhatikan-Nya. Dan jika hamba itu melalaikan-Nya, maka Allah SWT akan selalu mengingatkannya, supaya hamba yang dicintai itu tidak terlalu jauh dari rahmat-Nya. Dan terkadang cara Allah SWT mengingatkan hambanya adalah dengan berbagai macam cobaan-cobaan yang diberikan-Nya.
Telah tampak jelas kiranya dari ayat Al Quran diatas, bahwasanya Allah SWT akan memberikan cobaan dan menguji ketabahan serta ketaqwaan hamba-Nya dengan berbagai macam bentuk cobaan. Ujian-ujian keimanan itu merupakan taraf ukur dari kualitas taqwa hamba dan sebagai bukti pula bahwa Allah SWT masih memperhatikan dan mencintai hamba-hambanya.
Sebuah cerita telah berkisah di dalam kitab ar Risalah al Qusyairiyah, sekelompok jamaah mendatangi rumah Imam Asy Syibli. Dengan heran beliau bertanya kepada mereka; “ Siapakah kalian ini ?” dengan serentak mereka menjawab, bahwasanya mereka adalah para pecinta dan penggemar imam tersebut. Mendengar hal tersebut, serentak Imam Asy Syibli mengambil batu-batu dan melempari mereka  dengan batu, lantas dengan segala keterkejutan dan keheranan, mereka langsung lari. Seketika itu pula Imam Asy Syibli berkata : “ jika kalian mengaku mencintaiku, maka pasti kalian akan bersabar terhadan ujian atau cobaanku”. Betapa besarnya pelajaran yang dapat kita ambil dari kisah diatas dan hal tersebut merupakan gambaran dari hamba dan Sang Kholiq. Jika seorang hamba mengaku mencintai Tuhannya, maka betapa pun beratnya siksaan atau cobaan yang diberikan-Nya kepadanya, ia tidak akan lari dan tidak akan memalingkan imannya. Karena jika rasa cinta itu sendiri sudah tumbuh dengan tulus, maka tidak akan ada yang namanya cacian dan hinaan, semua itu akan berubah menjadi sanjungan dan pujian.
Begitu pula Allah SWT, jika Allah SWT mencintai hambanya, maka Dia akan selalu memperhatikannya dan tidak ingin hamba tersebut menjauh dari rahmat-Nya. Dan juga Dia Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang akan menguji kecintaan para hamba-Nya dengan berbagai macam ujian, cobaan dan rintangan yang menerpa hambanya. Hal tersebut merupakan batu tempa didalam ketajaman kadar iman hamba. Dan tidak akan bisa merasakan dan merenungi hal-hal indah ini, jika hamba itu tidak memiliki mata bathin yang bersih pula, mereka itulah orang-orang yang sabar yang telah dijelaskan ayat diatas.
Jika bukan kepada-Nya, kepada siapa lagi kita akan berdoa dan meminta. Hati manusia bisa berubah-ubah tetapi cahaya-Nya akan selalu benderang, menerangi setiap sudut gelap hati ini. Semoga kita semua dijadikan orang-orang yanng sabar dan tabah didalam menjalani sudut terjal hidup ini.

Sabtu, 06 Juli 2013

Muliakanlah...



Denyut langkah kaki
Tarian ayunan jari
rintihan kelabu hati
kusanjungkan tinggi

ku meminta
bersimpuh duduk terpana
hanya untuk Dzat-Nya
pemberian tak terkira

hamba yang lemah ini
yang tak mampu berlirih
hanya bersandar tak bermakna
mulia karena-nya

bagaimana aku lupa
seluruh nafas ini milik-Nya
raga ini titipan belaka
bagaimana aku kan berdusta

Ya Robb...
muliakanlah hamba-Mu
dan orang-orang
yang selalu mendekat kepada-Mu

Jalanku, Hidupku



Detik demi detik berlalu, menit demi menit melaju, siang dan malam menemani, hari-hari yang cerah untuk segala jiwa yang terdiam. Melewati masa yang indah ini, bersama  dengan mereka yang kita cintai dan sayangi. Merasakan dan menghargai setiap saat dan kenangan yang akan dilalui. Pahit dan manis tak terhiraukan, hanya ingin merasakan kehidupan ini berjalan dengan indah. Terkadang kita benar dan terkadang pula kita salah, hanya kebijaksanaanlah yang bisa membimbing. Kebijaksaan sejati yang selalu bisa menyinari setiap segi kehidupan kita. ku awali pagi ini dengan keinginan untuk merasakan segala hal itu. Tidak ingin kulewatkan sedetik pun dengan sia-sia. Bersama dengan mereka yang mewarnai hidupku, mereka yanng mau menemaniku disisi diri yang gelap ini. Senyum dan canda mereka merupakan cercahan cahaya hidup ini. Tanpanya, aku hanyalah bunga tanpa air, layu tak terhiraukan.  Suara penuh makna, panggilan kasih sayang dari orang-orang yang benar-benar menyayangi kita.
Apalah arti dari hidup ini jika kita tidak bisa menghargai kehidupan itu sendiri. Hanya bisa merenung melamun tak menentu. Kita harus menjalaninya dengan penuh rasa. Semua yang kita lalui akan menjadi bagian dari kenangan dan sejarah orang lain. Walau terasa pahit, walau terasa perih, segalanya pasti akan berjalan dengan indah. Jalan yang kita lalui tidak selamanya lurus tak berliku. Dengan segala macam “tikungan” itu lah yang menjadikan hidup kita indah.
Apalah daya jika hati berkehendak, tapi “jalan” tidak sesuai. Bukan kesal yang kita ungkapkan, tapi sabar dan tawakal harus selalu kita dahulukan. Kita boleh berhenti sejenak, tetapi langkah harus tetap kita langkahkan menuju kedepan. Perjalanan hidup kita masih jauh terbentang didepan. Gunung penghalang bukan  pemisah jalan kita melainkan sebuah tantangan yang harus kita lalui dengan mendakinya. Semakin sulit hal itu, maka semakin kita bisa lebih menghargai segala macam kesulitan hidup kita lainnya.
Bagi mereka yang putus asa, yang terasingkan, yang terpandang hanya sebelah mata, bukan berarti kita ini tidak dibutuhkan. Bukan berarti pula kita ini tidak penting. Segala ha yang ada di dunia ini mempunyai hubungan antara satu dengan yang lainnya. Dia Yang Maha Menciptakan tidak menciptakan sesuatu pun dengan sia-sia. Masing-masing memiliki hikmah tersendiri. Terkadang memang diri ini merasa bahwa dunia ini seakan-akan membuang kita, mencemooh kita, akan tetapi semua itu hanyalah sebuah rintangan. Jadikanlah dirimu lebih berarti, karena sebenarnya dirimu memang sangat berarti. Dan Dia akan selalu melihat dan mengawasi setiap hembusan nafas hamba-hambanya.
Dan jalanku ini akan selalu ku lalui dengan tulus. Walau perih menerpa, walau sedih menghantam, walau gundah menyambar. Semua itu meruakanbagian dari kehidupan. Dengan semua itu hidup akan lebih berwarna lagi. Indah bagai pelangi, walau terkadang harus ada air mata yang turun membasahi, dan setelahnya akan nampak “pelangi” hiidup ini. Jadi nikmatilah setiap jerih payah langkah kita.

Hakikat Manusia (Whitehead)



Hakikat Manusia
dari Buku “Jatidiri Manusia : Berdasarkan Filsafat Organisme Whitehead”
Karya DR. P. Hardono Hadi
oleh  Masruri Yusuf *

Kita sering melihat orang-orang disekitar kita, keluarga, teman dan masyarakat lainnya. Kita saling mengenal mereka dan mereka juga mengenal kita dengan baik. terasa indah bisa hidup bersama dengan orang-orang yang kita cintai. Jika kita mau berpikir dan  merenungkan kembali, dengan bercermin dan bertanya kepada diri kita sendiri, siapakah kita ini ? Siapakah jati diri kita ini ? Siapakah jati diri manusia itu ? . Sejenak kita terdiam dan berpikir mengenai pertanyaan-pertanyaan seperti itu yang melintas didalam benak kita. berbagai jawaban pun akan berrmunculan, mengenai jati diri kita yang telah kita pikirkan, tetapi apakah jawaban tersebut sudah mewakili ke-diri-an kita ini ? Manusia memang penuh dengan tanda tanya, yang mana tanda tanya itu mereka ciptakan sendiri dengan keinginan berpikir secara mendalam mengenai diri manusia itu sendiri. Manusia yang menanyakan mengenai kemanusiaannya dan kediriannya. Melalui bukunya “Jatidiri Manusia”, Hardono Hadi mencoba menyampaikan pemikiran filsafat organisme Whitehead yang membicarakan mengenai jatidiri manusia. Berikut ini adalah sedikit artikel yang menjelaskan mengenai filsafat manusia dari sudut pandang filsafat organisme Whitehead.
Para filsuf ternama terdahulu juga mempunyai beberapa pandangan didalam membicarakan mengenai manusia. Dengan pemikirannya Plato memandang manusia atau pribadi itu sebagai jiwa itu sendiri, karena jiwa sudah ada sebelum turun ke bumi dan bersatu dengan tubuh. Sedangkan tubuh hanya sebagai sarana bagi jiwa itu untuk berbuat. David Hume dan Immanuel Kant sama-sama menghubungkan jatidiri manusia dengan waktu, yaitu mengaitkan kesamaan dalam segala macam aspek jiwa seseorang dari waktu ke waktu. Dan Kant lebih menekankan kepada kesadaran diri dan identitas numerik seseorang. Cara pandang seseorang sendiri pasti memiliki perbedaan, begitu pula dengan para filsuf diatas tadi. Kepribadian atau  jatidiri manusia sampai sekarang pun masih belum bisa dibuktikan secara ilmiah.

Manusia adalah manusia itu sendiri, yang merupakan satu kesatuan yang dilihat secara utuh. Untuk mempelajarinya kita perlu untuk menguraikannya kedalam beberapa sapek. Whitehead membagi tiga aspek itu kedalam tiga hal, yaitu kepribadian, identitas dan keunikan manusia. Yang menjadi pertanyaan didalam kepribadian disini adalah mengenai kesatuan antara jiwa dan tubuh. Dengan berbagai teorinya, mulai dari teori materialisme ekstrem, teorii identitas dan teori double-aspect, monisme beranggapan bahwa tubuh dan jiwa merupakan satu kesatuan yang mempunyai kesamaan unsur. Hanya saja berbeda didalam susunannya. Kebalikannya, dualisme memandang jiwa dan tubuh adalah hal yang berbeda, bukan satu kesatuan, meskipun didalam satu “wadah”. Seperti gelas dan air yang ada didalamnya keduanya memilliki unsur yang berbeda, hanya saja ditempatkan menjadi satu didalam gelas. Demikian pula dengan kemampuan mental dan fisik seseorang. Terkadang fisik mempengaruhi mental, begitu pula terkadang mental dapat mempengaruhi fisik. Whitehead membicarakan mengenai hal ini lebih lanjut, yaitu dalam istilahnya; kutub mental dan kutub fisik. Kutub fisik bagaikan alat indera kita, yaitu alat yang kita gunakan untuk memperoleh informasi dari luar tubh kita atau dari lingkungan sekitar kita. sedangkan kutub mental disini merupakan kemampuan didalam menginterpretasikan segala macam informasi yang telah diterima kutub fisik. Kutub fisik yang terdiri dari badan manusia menyalurkan segala informasi yang ia terima. Kemudian diolah dan dikembangkan oleh mental, yang mana mental disini merupakan kegiatan atau pelaksana dari jiwa.
Badan tanpa jiwa tidak akan berarti, karena badan itu hanya akan diam saja tanpa ada yang menggerakannya. Sedangkan jiwa tanpa badan, juga hampa. Karna jiwa berkehendak tanpa adanya “alat” yang ia gunakan untuk berkehendak. oleh karena itu, masing-masing dari hal tersebut tidak akan sempurna tanpa masing-masing lainnya. Satu dengan yang lainnya saling melengkapi dan membutuhkan. Kebutuhan mentalis dan kebutuhan fisik harus saling berkesinambungan. Menghasilkan sesuatu yang yangn baru yang belum pernah ia rasakan atau perbuat  sebelumnya. Dari hubungan tersebut akan terciptakan sebuah pengalaman didalam pribadi seseorang. Pengalaman yang muncul akibat adanya hubungan tadi. Badan dan jiwa yang terdapat didalam diri manusia bagaikan “masyarakat” yang memiliki beberapa aspek. Dan aspek-aspek ini yang menjadikan manusia semakin dinamis dan unik, berbeda antara manusia satu dengan manusia yang lainnya.

Pembahasan selanjutnya mengenai identitas diri manusia. Segala hal yang ada di dunia ini tidak ada yang sama persis. Tubuh dan jiwa masing-masing manusia tidak ada yang sama persis, lebih-lebih mengenai pengalaman masing-masing. Sidik jari manusia merupakan sesuatu hal yang sangat unik, karena tiidak ada satu pun di dunia ini yang mempunyai sidik jari sama dengan orang lain. Hal itu merupakan anugerah penciptaan, yang mencerminkan bahwasanya manusia diciptakan dengan berbeda-beda, tidak ada yang sama persis. Pelangi itu indah karena merupakan kumpulan dari beberapa warna, demikian pula manusia.
Whitehead mencoba menjelaskan kembali mengenai identitas manusia dari segi perkembangan manusia dari zaman ke zaman. Kemarin adalah sejarah, besok adalah misteri, sekarang adalah anugerah. Begitulah, kata-kata yang pernah saya baca, yang mengingatkan saya mengenai berharganya waktu-waktu yang kita lalui selama ini. Satu detik yang telah kita lewatkan sekarang ini telah menjadi sejarah kecil didalam kehidupan kita ini. Manusia berada di dunia ini menempati waktu dan ruang. Waktu lampau, sekarang dan masa depan merupakan waktu bagi manusia untuk hidup. Permasalahan didalam menentukan identitas diri manusia adalah  pada waktu itu sendiri, waktu yang dilalui manusia sekang ini adalah waktu sekarang. Dan ketika manusia itu menentukan mengenai identitas dirinya pada waktu itu juga, masih belum tentu ketika waktu yanng akan datang, entah itu satu detik, satu jam, satu hari atau satu tahun kemudian masih akan tetap seperti yang telah ia tentukan dan rumuskan itu. Sikap mental dan fisik akan selalu berkembang dari waktu ke waktu. Hal inilah yang mengakibatkan ketidak pastiaan didalam menentukan dan merumuskan mengenai identitas diri manusia. Bukan berarti identitas manusia itu merupakan apa yang telah ia lalui pada masa lampaunya. Karena kepastian dari masa lampau pun masih belum tentu dengan semakin berkembangnya kemampuan fisik dan mental manusia itu tadi. Hubungan masa lalu dengan sekarang dan masa depan, tidak selamanya mempunyai hubungan kausal seperti yang dijelakan oleh David Hume. Karena hubungan kausal hanya menjelaskan mengenai hubungan kedekatan di dalam ruang, atau urutan berdasarkan waktu, atau hubungan tetap antara objek-objek yang serupa didalam pengalaman di masa lampau. Whitehead menekankan kembali didalam proses pencarian identitas diri didalam proses itu sendiri. Artinya, dari kurun waktu ke waktu, mulai dahulu, sekaranga dan yang akan datang, kepribadian manusia yang tersu berkembang itu lah merupakan usaha pencarian identitas diri manusia. Dan hal ini tidak berhenti sampai pada waktu tertentu saja, akan tetapi terus hingga manusia itu meninggal, karena meninggal merupakan ujunga dari kehidupan manusia dan dari ujung itulah manusia itu bisa menyimpulkan mengenai identitas dirinya selama ia hidup dulu.
Setelah membahas mengenai perjalan pencarian jatidiri atau identitas diri manusia dari masa ke masa, kini Whitehead mengkaji mengenai segi keunikan manusia. Dengan berbagai macam perkembangannya mulai dari perkembangan mental dan fisik, manusia mengalami dinamika kehidupannya. Perkembangan mental berupa emosi selalu menghiasi setiap tingkah laku manusia. Perasaan terhadap diri sendiri, orang lain dan lingkungan tempat ia tinggal. Manusia disamping menjadi makhluk individu yang memndang akan ke-diri-an mereka, mereka juga merupakan makhluk sosial yang membutuhkan kehadiran orang lain didalam hidupnya. Mengenai individualisme manusia dan hubungannya dengan masyarakat, Thomas Hobbes (1588-1679) menyatakan bahwasanya masyarakat tidak terbentuk dengan sendirinya, akan tetapi karena faktor individu-individu yang berkumpul didalamnya. Maka segala macam sifat dan perilaku yang di masyarakat dapat ditelusuri dan dijelaskan oleh sifat dan tindakan individu-individu yang terdapat di masyarakat tersebut. Begitu pula dengan John S. Mill (1805-1873), pendukung individualisme dan kebebasan individu menjelaskan mengenai ke-indiviuan manusia itu sendiri. Bahwasanya manusia mempunyai hak didalam menjalani kehidupannya masing-masing, hak berpendapat dan bertindak menurut kehendaknya sendiri.
Di sisi lain, selain menjadi manusia merupakan makhluk sosial sebagaimana yang telah dijelaskan diatas. Untuk menjalani hidup manusia membutuhkan orang lain, hal ini sangatlah terlihat didalam hubungan keluarga, antara orang tua dan anaknya. Anak atau bayi yang baru lahir, ia tidak akan bisa apa-apa dan tidak akan menjadi apa-apa tanpa ada bantuan dari orang-orang yang ada disekitarnya, dalam hal ini orang terdekatnya adalah orang tua mereka. Secara tidak langsung bayi tersebut merupakan hasil atau cetakan dari masyarakat tempat ia tinggal, karena orang tua yang merawat mereka juga tinggal didalam masyarakat itu. Jadi individu manusia itu sendiri juga ditentukan oleh masyarakat yang menaunginya. Mengenai hal ini, Whitehead menggunakan istilahnya sendiri; superjek, yaitu merupakan anggapan bahwa individu baru yang terlahir merupakan hasil dari semua faktor kehidupan yang menyelimutinya.
Berdasarkan penjelasan diatas tadi, manusia ditempatkan sebagai objek dan dunia sebagai subjek. Akan tetapi disisi lain, manusia-lah yang memberikan makna dan arti, menginterpretasikan dunianya dan lingkungannya sendiri. Dalam kedudukan ini, berbanding terbalik dari penjelasan diatas tadi, bahwasanya manusia sendiri sebagai subjek yang memberi makna terhadap dunianya, yang merupakan objek dari manusia itu sendiri. Manusia merupakan makhluk unik, didalam memahami dan dipahami oleh dunia dan masyarakatnya.
Hubungan timbal balik antara individu dengan masyarakat merupakan hubungan yang tidak bisa dipisahkan karena memiliki ketergantungan seperti yang telah diuraikan diatas. Dua aspek yang saling berhubungan membentuk hubungan simbiosis yang saling menguntungkan satu dengan yang lainnya. Manusia yang membutuhkan dan ada kerena masyarakat atau dunia ini. Dan dunia ini ada dan dikenal karena manusia itu sendiri. Memang sangat unik didalam mempelajari keunikan manusia itu sendiri, karena keunikan itu dirasakan sendiri oleh kita sebagai manusia yang hidup dan mau memahami diri kita ini.
Mempelajari manusia tidak lain adalah mempelajari diri kita sendiri, yang dalam hal ini manusia sebagai satu kesatuan yang utuh dengan segala aspek yang mengelilinginya, baik internal maupun eksternal. Aspek-aspek tersebut saling berhubungan dan mempengaruhi. Oleh karena itu, kita tidak bisa memisahkan satu aspek dengan aspek lainnya didalam usaha mencari jatidiri atau identitas diri manusia. Dan proses pencarian jatidiri itu sendiri merupakan proses vital didalam usaha mencari jatidiri manusai atau diri kita ini. Proses inilah yang berusaha dijelaskan oleh filsafat organisme Whitehead.
Whitehead tidak berdiri sendiri, banyak filsuf terdahulunya; Aristoteles, Rene Descartes, Plato, David Hume dan juga filsafat modern dari abad ke-17 dan abad 18, yang ia pelajari dengan beberapa perbaikan mengenai pemikiran-pemikiran mereka. Jika para filsuf terdahulu memandang dari salah satu sudut pandang, maka Whitehead ingin mencoba memandang melalui segala sudut pandang. Rasionalis dan empiris, fisik dan metafisik, sisi internal dan eksternal manusia, induktif dan deduktif, semua itulah yang menjadikan keuntungan didalam filsafat organisme Whitehead. pengkajian memerlukan kuantitas dan kualitas data-data yang perlu dikaji, dengan mau mamandang berbagai sudut pandang tadi, Whitehead mampu mengumpulkan data dan meng-generalisasikannya kedalam kajiannya. Untuk melakukan hal itu mulai dari data terkecil hingga terbesar harus diperhatikan secara serentak, agar tidak terabaikannya kemungkinan-kemungkinan analisa. Berbagai macam pengetahuan; matematika, sains, ilmu pengetahuan alam, juga menyumbangkan pengetahuannya didalam proses perjalanan analisis filsafat organisme ini. Mata air yang jernis tidak semata-mata muncul dan bersumber dari tanah begitu saja, akan tetapi faktor kualitas tanah, tanaman atau tumbuhan disekitarnya, letak geografis, cuaca, iklim dan faktor-faktor lainnya, merupakan faktor terpenting didalam pembentukan hasil yang maksimal. Dan hal-hal tersebut tidak bisa kita pandang sebelah didalam mempelajarinya. Begitu pula didalam filsafat organisme Whitehead ini yang memiliki berbagai sumber-sumber dan dasar-dasar pemikiran yang lebih luas, terperinci dan secara mendalam.
Kita hidup dan bertempat di dunia ini dengan segala aspek ruang dan waktunya. Perjalanan hidup ini merupakan perjalanan jatidiri kita. Bukan dahulu, sekarang, atau besok jatidiri itu ditemukan. Akan tetapi selama kita hidup, selama nafas masih berhembus dan jantung masih berdetak, selama itulah merupakan jatidiri kita pada saat itu pula. Sejenak kita boleh memikirkan dan merenungi masa lalu kita, semua manussia mempunyai sejarah hidup masing-masing, akan tetapi kita adalah yang berdiri disini sekarang ini dan kita adalah kita saat ini juga. Kita dikaruniai dua mata yang mamandang ke depan, oleh karena itu kita juga harus menatap masa depan kita jauh ke depan dengan angan serta cita yang tinggi dan memandang tidak hanya dengan sebelah mata saja. Siapakah aku ?. Aku adalah aku,  diriku saat ini, karena kemarin dan untuk esok nan misteri.