Minggu, 17 November 2013

Kita Belajar

Alangkah lucunya jika kita melihat anak kecil, adek kecil kita atau bahkan putra putri kita sendiri. Makna hadir mereka membawa senyum untuk dunia. Dengan segala daya dan upaya mereka belajar tentang dunia ini. Dunia yang mereka tempati dan sebagai pintu ke alam abadi. Mereka belajar berkata, sepatah dua patah tanpa putus asa. Belajar berjalan menapaki jejak kaki di tanah bumi ini. Dan berusaha mengungkapkan maksud diri berbicara. Dengan melihat mereka, mungkin diantar kita akan berpikir, bahwa kita dulu juga seperti itu. Usaha maksimal untuk bisa belajar dan belajar untuk tetap hidup di dunia ini. Akan kita sadari, bahwasanya di setiap ayunan nafas kita, kita selalu belajar lebih baik lagi.
Kaki yang rapuh ini pun, akhirnya bisa menegakkan raga. Tangan lemah kita bisa mengukir indah benda disana. Kita belajar dan belajar. Tiada henti kita belajar. Mengurai, merangkai dan mengukir setiap suku kata dalam benak. Hingga kita bisa dikenal dan mengenalkan diri ini.
Karena dengan belajar lah kita mengangkat kedudukan kita diantara para penduduk bumi. Terkadang pula, mereka belajar tanpa disadari, karena hal itu semua adalah jalan proses hidup ini. Kita belajar dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak.mempunyai ilmu, hingga yang mengajarkan ilmu itu. Bukanlah hanya sebatas tuntutan saja kita belajar, akan tetapi sudah menjadi kebutuhan utama manusia untuk berilmu. Karena manusia menjadi mulia dengannya, dan menjadi hina terhinakan tanpanya.
Para pemikir tidak akan pernah merasa puas dan akan selalu haus akan ilmu itu. Semakin kita mengetahui maka akan semakin kita tahu bahwasanya kita ini masih belum cukup tahu. Karena luasnya ilmu ini tiada utara dan barat.
Kita  belajar dan belajar lagi. Disetiap kehidupan ini selalu mengandung pengalaman dan nasehat berharga bagi mereka yang mau merenungkannya. Oleh karena itu, janganlah kita berhenti belajar di titik ini saja. Karena titik selesai hidup kita tiada yang tahu, maka sejauh itu pula lah kita bisa saling berbagi dan belajar belajar bersama dengan makhluk lainnya.

Sabtu, 16 November 2013

Dongeng Selanjutnya 1

Jika aku harus melangkah, maka aku akan melangkah jauh kedepan. Menatap jauh masa yang akan datang dan segala misteri hidup yang misterius. Akan tetapi, sebelum aku melangkah jauh, aku akan meninggalkan sedikit jejak langkah hatiku di tempat ini. Hanya untuk berharap agar sejarahku kan tersisa. Aku tahu nafas ini tak kan abadi, detak ini pun akan berhenti berdetak, langkah kecilku akan terdiam terpaku. Karena semua yang dipunya ini tidak ada yang abadi. Dan setiap jejak tapak langkah ini akan mempunyai batas hidup. Entah sampai kapan, tiada insan yang tahu. Hanya bisa berharap, berdoa, dan berbuat untuk saat ini. Untuk yang terbaik dan terindah dari apa yang bisa kita lakukan saat ini. Karena apa yang ada sekarang, akan menuntun kedepan dan mengukir rangkaian mata sejarah manusia.
Untuk semua yang pernah merasakan manisnya kebersamaan, nikmat dari waktu yang kita lalui, dan segala hal indah lainnya. Luangkanlah diri ini untuk kembali merasakannya. Rasa yang ada duanya. Rasa yang hanya kita rasa pada saat itu saja. Karena waktu tak akan menoleh ke belakang. Karena kita masih bisa berada pada waktu ini. Serasa harus menghitung setiap detik kehidupan ini. Akan tetapi, hanya hal itulah yang bisa kita lakukan, dengan segala upaya yang bisa kita lakukan pula.
Saat terbangun ini, aku akan berlanjut tuk menatap nun tinggi ke angkasa. Terbang bersama cita yang selalu ku dekap hangat. Melambaikan sayap kebebasan ini, keluar dari belenggu asa. Dan ku tinggalkan bulu serpihan sayap kenangan. Untuk mereka para pengganti kehidupan yang fana ini.
Aku berdoa untuk esok nan cemerlang, walau harus merintangi kabut badai. Dan aku berharap semoga jalan kecil yang aku tempuh ini, walau hanya sekedar harap, kan terkenang di dalam setiap jiwa yang hidup menjalani waktu ini. Suara ini tak bisa menjulang ke langit, tapi kan ku suarakan ke dalam jiwa raga insan.

Minggu, 10 November 2013

Puisi Pagi

Ombak putih menghiasi cakrawala
Lembut halus angin menerpa
Surya berbelut bersinar pesona
Didalam diri pagiku hilang asa

Walau bintang terhalang awan
Jauh di hati harapannya tertawan
Pagi yang ku lalui tak melawan
Ku tinggalkan malam tak bersampan

Bak mengarungi samudera sunyi
Ku terdiam merenung tak berbunyi
Menikmati embun pagi menari
Mendung melelahkan terdiam pergi

Membuka mata membuka nurani
Kaki bertapak melangkah pasti
Didalam rona kehidupan alami
Deras mengalir bak indah sungai

Terbang merpati berdendang merdu
Simbol desiran sayap terpadu
Terurai bebas melayang tak ber-ragu
Pagiku meninggi suaraku kan berseru