Minggu, 01 Desember 2013

Surat untuk Ayah



Maaf jika anakmu ini tidak pandai memuji.
Maaf jika rasa kesal dan jengkel yang bisa kuberi.
Maaf jika perbuatan ini selalu tak sesuai dengan maksud hati ayah yang tinggi.
Maaf jika kebanggaan itu sangat berat untuk dibanggakan lagi.
Maaf jika selalu memaksa ayah untuk memarahi diri berdosa ini.
Maaf jika tidak ada hal baik yang bisa ku cari.
Maaf, karena hanya sebatas ini lah langkah hidup ku berlari.

Hanya sesal yang bisa dirasa, mengingat perilaku tak mengenal dosa diri. tak menghiraukan dan tak memperdulikan akan bayangan pelita sejati. Hanya bisa terdiam disini, merasakan dera tangis deras mengalir bak hilir sungai. Setiap nafas kehidupan yang berhembus ini, adalah rangkaian sempurna dari pendidik hakiki. Sosok pencerah jiwa, yang menemani awal detak jantung menghadapi dunia sepi. Tiada seorang pun yang berdiri disampingku selain ayah, yang melindungi dan memberi rasa percaya diri.  Diri yang rapuh tak berdaya ini terjaga olehnya dan terlindungi. Walau terkadang kita hanya bisa melihat kedepan saja, tapi ayah melihat ke segala sisi. Tak ingin perihnya dunia menerpa jiwa sepi. Kasih sayangnya melekat bagai bayangan; yang selalu ada dan dekat, walau tak dihirau dan tak dirasai. Tapi doa nya untuk kita tak kenal henti. Tak terucap tak bernada, hanya dilantunkan di lubuk hati. Harapannya tinggi, hanya untuk sang buah hati. Sebuah kebanggan hidup yang tak pernah terungkap dengan lisan insani. Semua yang dipunya hanya semata untuk putra puteri yang dimiliki. Sosok ayah yang tak terganti dan tak bisa diganti. Sosok samar bayangannya yang mencerahi dan merajut jalan hidupku yang tak bertali.
Jika sebongkah puing-puing kata ini tersampaikan, maka harapku dan mohon maafku untuk Ayah. Atas dosa dan jejak perih di kenangan Ayah. Akan segala macam tingkah laku tak membahagiakan Ayah. Untaian tangisku tak kan mampu menahan rasa sesal dan kesal diri karena selalu membelakangi jiwa Ayah. walau jauh, yang ku inginkan hanya perjumpaan dengan Ayah. kembali merasakan, mendengar, dan melihat diri Ayah. ku ingat dan ku renungkan yang terlalaikan dari nasehat Ayah. semua hal yang ku punya tiada lain hanya dari petunjuk Ayah. walau tak langsung dan tak selalu langsung, nasehat itu diucap Ayah. tapi perilaku luhur itulah yang tampak dari Ayah.  dengarkanlah rintihan perih seorang anak kecil mu ini, Ayah.
Walau jiwa dan ragaku tak sempurna, doa ku kan selalu aku sempurnakan untuk Ayah. karena Dzat Yang Maha Sempurna pasti akan selalu mendengar hambanya memohon. Walau masa telah berlalu, kan selalu ku jalani jauh kedepan sebagai kebanggaan Ayah. Walau lidah tak bisa terucap, didalam jiwa ini akan selalu terlapisi jiwa Ayah. Walau waktu pergi meninggalkan belakang, tapi akan selalu aku bawa kenangan bersama Ayah.   Walau dunia terbentang luas memisahkan jarak, tak kan pernah bisa melepaskan dari ku kehangatan semangat hidup Ayah. Walau terpaan ombak pedih kehidupan ini menerpa, hanya satu hal yang ingin ku sampaikan untuk Ayah.
Bagaimanapun berlikunya kehidupan ini berjalan, Ayah adalah kebanggaan diri yang tak terganti dan aku akan berdiri diatas segalanya sebagai kebanggaan Ayah.