Kamis, 27 Desember 2012

Rembulan



Malam itu indah. Dan terasa indah lagi jika sinar bintang menyinari sudut-sudut langit. Bintang yang selalu tampak elok di petang hari.  Melambaikan rangkaian pujian. Memberikan petunjuk bagi pejalan setapak. Namun, cahaya itu seakan-akan meredup ketika harus bersandar dengan rembulan sempurna. Tatkala sesuatu yang lebih indah itu muncul, maka keindahan dari lainnya akan tersamarkan. Begitu pulalah orang yang beilmu. Ketika orang yang berilmu itu berkumpul bersama orang-orang bodoh, maka ia seperti bintang mungil yang telah menyinari alam. Tetapi jika ia bersama dengan para orang yang berilmu. Maka pastilah cahayanya akan meredup, karena ada cahhaya lain yang lebih benderang. Namun hal itu bukan berarti cahaya itu hilang. Cahaya yang redup itu pasti suatu saat akan terang benderang. Tiada batas bagi orang yang menuntut ilmu. Kemanapun ia menyelam ke samudera ilmu, pastilah ia bisa menemukan tanda-tanda kebesaran-Nya. Karena segala ilmu yang ada di dunia ini adalah milik-Nya. Bersianarlah engkau bagai bulan yang menampakan tubuhnya. Jika kau tak mampu, pastilah bintang-bintang itu akan menghiasimu. Teruslah kejar angan-angan dan cita-citamu. Selama denyut nadi ini terasa, selama itu pula Allah memberikan kesempatan untuk hambanya, agar lebih dekat di sisi-Nya. 

Rabu, 26 Desember 2012

Waktu dan Teman


Cukup sudah ku merangkai mimpi. Kenyataan telah terbantang didepan, menyambut diri ini. Takkan bisa ku kembali menatap masa lalu. Terus ku mengarah kedepan menantang masa. Hari demi hari telah terganti. Kenangan demi kenangan telah terrangkai. Senang sedih mewarnai setiap hariku. Sahabat dan kawan yang selalu menemani langkahku. Ku tak sendirian lagi. Aku punya teman yang selalu percaya dan saling mempercayai. Bukan hanya sekedar teman. Kami bagai saudara satu jiwa. Masa lampau yang tak mungkin kembali itu, telah kami ukir nama kami disana. Teringat dan tak kan terlupakan. Teman yang selalu berdamping, tuk menjalani masa ini. Arah yang terbentang didepan kita, akan kita taklukan bersama. Bergandeng tangan dengan semangat membara menerjang badai waktu. Kisah cerita terabadikan dalam ingatan sejarah. Kalian adalah sahabatku. Tiada gunanya aku hidup di dunia ini tanpa kalian, wahai sahabatku. Ku memiliki kalian mulai aku baru bisa berjalan hingga aku lemah tuk berjalan. Teman sejati yang tak kan terganti. Engkau bagaikan waktu yang takkan tergantikan. Setiap detik dan denyut nafasmu sangatlah berharga. Dan takkan aku sia-siakan waktuku bersama teman-teman ku.

Selasa, 25 Desember 2012

Sahabat



Ingatlah baik-baik ini
Puisi sahabat sejati
Untuk mereka yang melupakan arti
Sebuah ikatan abadi
Terpadu tak tercerai
Disini kisah bermulai
Dan akan selalu dinanti
Sahabat yang berhati tinggi
Bersinar bak mentari
Terelip diantara gelap hati
Dia memanggil tawa ini
Sedih seakan mati
Tapi,
Apa yang ada disini
Perasaan sendiri
Merindukan senyum santai
Canda dan tawa ramai
Ku hanya berucap lagi
Teruslah kejar mimpi
Mimpi yang akan kau gapai
Dan suatu saat nanti
Kita bertemu di “puncak” hari

Pembangun



Kala mentari telah bersinar, kala itu pula semangatmu telah menyinari pagimu. Alunan langkah tak kenal lelah. Kau sudah siap dengan langkah tegak. Seorang tukang kayu dengan senyum tulus. Bekerja membanting diri. Lelah letih selalu berlalu. Berharap bisa melihat senyum canda tawa keluarga. Siang pentang kau bekerja. Untuk sepeser rupiah untuk hidup lebih indah. Denganmu, kau bangun rumah itu, kau bangun gedung itu, kau bangun peradaban itu. Kaulah penggerak kemajuan ini. Kaulah pembangun sejati. Tanpa seorang yang tulus seperti mu. Hanya akan ada lubang gua yang akan kita tempati. Suara ketokan paku dan ayunan palu. Bata tertata rapi hingga meninggi. Usapan kuas mewarnai dinding yang halus. Seakan-akan ada jasamu disetiap bagiannya. Banyak orang yang sering melupakan hal itu. Bukanlah nama saja yang harus dikenang, tetapi jasa tak ternilai inilah yang harus diresapi. Kau selalu tak sendiri. Bersama kau gotong kayu itu. Bersama kawan kau bergerak. Nilai persahabatan yang agung. Guraumu selalu mencairkan suasana. Letih tak terasa. Semangat yang selalu membara. Tetaplah ukir namamu di tembok peradaban ini.

Senin, 24 Desember 2012

Maafkanlah ...



Dimana ku berada
Disitu ku meminta
Bertasbih dan berdoa
Kepada Robb Penguasa jiwa

Ya Allah
Mampuku hanya berpasrah
Telah tiada, dayaku
Dan tiada daya selain dayamu

Raga  ini milikmu
Takdir ini kehendakmu
Aku selalu lalai
Tuk mengingat Ilahi

Tanganku berlumur dosa
Kaki ini menjauh dari surga
Hati tak mampu menilai
Dosa yang tak ternilai

Tapi ampunan-Mu tak terkira
Rahmat-Mu selalu ada
Lewat doa ku berkata
Ya Robb... Maafkanlah Hamba